Laman

Kamis, 23 Mei 2013

Teori Belajar Skinner



             KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN




Nama             :    Evi Yuliana
NIM               :    121 024 016
Kelas              :    TP 2012 B
Mata Kuliah    :    Teori Belajar



Teori Belajar Skinner
Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaan bahwa prinsip-prinsip yang terkandung dalam kondisionning klasik hanya sebagian kecil dari prilaku yang bisa dipelajari. Banyak prilaku manusia adalah operan, bukan responden. Konsioning klasik hanya menjelaskan bagaimana prilaku yang ada dipasangkan dengan rangsangan yang baru, yang mana dalam teoritersebut tidak menjelaskan bagaimana prilaku operan baru tersebut dapat dicapai.
Dalam teori belajarnya Skinner mendefinissikan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan prilaku. Perubahan-perubahan prilaku yang telah dicapai dari hasil belajar tersebut melalui beberapa penguatan-penguatan prilaku yang baru, yang disebut dengan kondisioning operan (operan conditioning).
Secara konseptual Skinner menyatakan bahwa prilaku dapat dianalogikan dengan sebuah sandwich, yang dapat membawa dua pengaruh lingkungan terhadap prilaku. Yang pertama, disebut dengan anteseden (peristiwa yang mendahului prilaku), dan yang kedua adalah konsekuen (peristiwa yang mengikuti prilaku) yang mana hubungan tersebut dapat ditunjukkan dengan rangkaian antecedents-behavior-consequences atau A-B-C.
Dalam eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti, yang mana peti tersebut berisi dua komponen yaitui manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang berupa wadah makanan. Adapun manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement, yang terdiri atas tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
Dalam eksperimen ini mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Tingkah laku tikus dapat disebut dengan “emmited behavior” (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa memperdulikan stimulus. Adapun tingkah laku tikus (cakaran kaki, sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadah.
Teori belajar Skinner ini tunduk pada dua hokum operan yang berbeda, yaitu:
1.      Law Operant Conditioning yaitu jika suatu tingkah laku diiringgi dengan sebuah penguat maka tingkah laku tersebut akan meningkat.
2.      Law Extinction yaitu jika suatu tingkah laku diperkuat dsengan stimulus penguat dalam kondisioning, tidak diiringgi stimulus penguat, maka tingkah laku tersebut akan menurun bahkan musnah.
B.     Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Skinner
Hasil eksperimen yang dilakukan Skinner menghasilkan beberapa prinsip-prinsip belajar yang menghasilkan perubahan prilaku yaitu:
  1. Reinforcement
Yaitu sebuah konsekuen yang menguatkan tingkah laku (frekuensi tingkah laku). Seperti dalam contoh, permen pada umumnya dsapat menjadi reinforcer bagi prilaku anak kecil, tetapi ketika beranjak dewasa permen bukan lagi suatu yang menyenangkan, bahkan ada anak kecil yang tidak menyukai permen. Dalam strategi belajar mengajar kadang-kadang seorang guru telah melakukan reinforcer terhadap siswanya dengan memberi hadiah untuk prilaku seorang murid agar duduk tenang selama pelajaran berlangsung, tetapi seorang murid tidak mengerjakan tugasnya. Dalam hal ini, guru telah melakukan kesalahan dalam menggunakan reinforcer sehingga hadiah yang diberikan guru kepada siswa tidak dapat menguatkan prilaku siswa yang diharapkan.
Dengan demikian agar reinforcement yang diberikan kepada seorang siswa sesuai dengan tujuan maka perlu diperhatikan jenis-jenis reinforcement yang disukai siswa.
Secara umum reinforcement dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.       Dari segi jenisnya
Reinforcemen dibagimenjadi dua kategori, yaitui:
1)        Reinforcemen primer yaitu reinforcemen yang berupa kebutuhan dasar manusia seperti; makanan, air, keamanan, dan kehangatan.
2)        Reinforcemen sekunder yaitu reinforcemen yang diasosiasikan dengan reinforcemen primer, seperti; uang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli kue kesikaannya.
b.      Dari segi bentuknya
Dalam hal ini reinforcemen dibagi menjadi dua, yaitu:
1)        Reiforcemen positif adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan prilaku seperti hadiah, pujian, dan kelulusan.
2)        Reinforcemen negative adalah menarik diri dari situasi yang tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku misalnya, guru yang membebaskan muridnya dari tugas membersihkan kamar mandi jika muridnya dapat menyelesaikan tugas rumahnya.
c.       Waktu pemberian reinforcemen
Keefektifan reinforcemen dalam prilaku tergantung pada berbagai factor diantaranya frekuensi atau jadwal pemberian reinforcemen. Ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen, yaitu:
1)      Fixed Rtio (FR) adalah salah satu skedul pemberian reinforcemen ketika reinforcemen diberikan setelah sejumlah tingkah laku. Misalnya, seorang guru mengatakan “kalau kalian dapat menyelesaikan sepuluh soal matematika dengan cepat dan benar, maka kalian boleh pulang dahulu”.
2)      Variabel-Ratio (VR) adalah sejumlah prilaku yang dibutuhkan untuk berbgai macam reinforcemen, dari reinforcemen satu ke reinforcemen yang lain.
3)      Fixed Interval (FI), yang diberikan ketika seorang menunjukkan prilaku yang diinginkan pada waktu tertentu.
4)      Variabel Interval (VI) yaitu reinforcemen yang diberikan tergantung pada waktu dan sebuah respons. Tetapi antara waktu dan reinforcemen bermacam-macam.
  1. Punishment
Punishmen adalah menghadirkan atau memberikan sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku.
Menurut Kazdin ada dua aspek dalam punishment yaitu:
a.       Sesuatu yang tidak menyenangkan (aversive) muncul setelah sebuah respon (aversive stimulus). Misalnya, seorang guru yang menjemur siswa yang selalu ramai di dalam kelas.
b.      Sesuatu yang positif (menyenangkan) setelah respon tidak muncul. Misal, seorang remaja yang selalu mengganggu temannya mungkin akan kehilangan kesempatan untuk menggunakan mobil pada akhir pejkan.
Dari segi bentuknya, punishment terdiri dari time out dan respons cost.
a.       Time out adalah sebuah bentuk hukuman di mana seseorang  akan kehilangan sesuatu yang disukai atau disenangi pada waktu tertentu.
b.      Respons cost adalah sebuah bentuk hukuman di mana seseorang akan kehilangan reinforcemen positif jika melakukan prilaku yang tidak diinginkan. Misal, seorang siswa tidak diberi kesempatan mengakses internet di ruang computer sekolah jika ia tidak menjawab tugas yang diberikan.
  1. Shaping
Shaping adalah menggunakan langkah-langkah kecil yang disertai dengan feedback untuk membantu siswa mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Adapun langkah-langkah dalam pemberian shaping adalah:
a.       Memilih tujuan yang ingin dicapai
b.      Mengetahui kesiapan belajar siswa
c.       Mengembangkan sejumlah langkah yang akan memberikan bimbingan kepada siswa untuk melalui tahap demi tahap tujuannya dengan menyesuaikan kemampuan siswa.
d.      Memberi feedback terhadap hasil belajar siswa.
  1. Extinction
Adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik reinforcemen yang menyebabkan prilaku tersebut terjadi. Extinction ini terjadi melalui proses berlahan-lahan yang biasanya ketika reinforcemen ditarik atau dihentikan perilaku individu sering meningkat seketika. Misalnya seseorang yang akan membuka pintu, ternyata pintu terkunci. Maka orang tersebut akan membuka pintu pelan-pelan sampai akhirnya orang tersebut berusaha membuka dan menggedor pintu dengan keras untuk beberapa kali sampai merasa frustasi dean marah. Tetapi ketika seseorang tersebut sadar bahwa pintu tersebut terkunci, maka orang tersebut akan meninggalkannya.
Jadi extinction merupakan kunci untuk mengatur tingkah laku siswa.
  1. Anteseden dan perubahan prilaku
Dalam operant conditioning, anteseden dapat memberikan petunjuk apakah sebuah prilaku akan mendapatkan konsekuensi yang positif atau negative. Skinner membuat eksperimen dengan burung. Dalam eksperimennya tersebut dijelaskan ketika lampu menyala maka burung akan mematukkan paruhnya untuk mengambil makanan. Sebaliknya, ketika lampu mati burung tersebut tidak mematukkan paruhnya. Dengan kata lain, dalam eksperimen tersebutv burungtelah belajar menggunakan anteseden cahaya sebagai sebuah tanda untuk membedakan kemungkinan konsekuen yang akan dia dapatkan ketikan dia mematuk.
Menurut Skinner, untuk menghasilkan perubahan prilaku pada diri individu selain memperhatikan konsekuen juga digunakan anteseden-anteseden. Karena, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, perilaku manusia seperti sebuah sandwich atau serangkaian antecedents-behavior-consequens (A-B-C). ada dua cara untuk mengontrol anteseden agar menghasilkan perilaku baru atau perubahan perilaku, yaitu dengan cueing dan prompting.
a.      Cueing
adalah tindakan memberikan stimulus anteseden sebelum sebuah perilaku tertentu dilakukan. Cues (tanda-tanca) dapat dalam berbagai bentukyang memberi petunjuk kepada kita kapan kita harus mengubah tingkah laku dan kapan tidak melakukan apapun. Misalnya, selama pelajaran matematika biasanya seorang guru memberikan penguatan kepada siswa yang mengerjakan tugas matematika dan memberikan hukuman pada siswa yang tidak mengerjakan sama sekali. Akan tetapi, pada saat guru menggumumkan bahwa waktu pelajaran matematika sudah habis maka setiap siswa akan mendapatkan konsequen dari perilaku tersebut.
b.      Prompting
Terkadang siswa membutuhkan bantuan agar dapat merespon cues dengan cara yang benar, sehingga menjadi sebuah stimulus pembeda (a discriminative stimulus). Cara yang dapat digunakan adalah dengan memberikan petunjuk tambahan yang disebut dengan prompting. Ada dua prinsipdalam menggunakan prompting, yaitu:
1)        Yakinkan bahwa stimulus lingkungan yang akan dijadikan petunjuk terjadi segera sebelum prompting digunakan.
2)        Hentikan prompting secepat mungkin agar siswa tidak terganggu.

Kajian Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner
Kondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
a. Belajar itu adalah tingkah laku.
b. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
d. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan dan Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
b. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).
A.Penguatan positif
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus
Konsekuensi
Guru menguji murid
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
B.Penguatan negatif
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
C.Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama.
Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.
Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
b. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
e. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
f. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforce
g. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
  1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
  2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning  itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
3. Aplikasi Skinner terhadap pembelajaran.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
d. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
e. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
f. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
g. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
h. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
i. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
j. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
k. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
l. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
m. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
n. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
4. Analisa Perilaku terapan dalam pendidikan
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu
1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan
Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
a. Memilih Penguatan yang efektif
Tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
b. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
Agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan “jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
c. Memilih jadwal penguatan terbaik
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
1). Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah
respon.
2). Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi
sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat
diperidiksi.
3). Jadwal interval - tetap : respons tepat pertama setelah beberapa
waktu akan diperkuat.
4). Jadwal interval - variabel : suatu respons diperkuat setelah
sejumlah variabel waktu berlalu.
d. Menggunakan Perjanjian. Perjanjian (contracting)
adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan “jika… maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
e. Menggunakan penguatan negatif secara efektif
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari.seorang guru mengatakan”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti seorang guru menggunakan penguatan negatif.
2. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.
3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
a. Menggunakan Penguatan Diferensial.
b. Menghentikan penguatan (pelenyapan)
c. Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
d. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)
5. Kelebihan dan kekurangan Menurut B.F. Skinner
a. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
b. Kekurangan
Beberapa kelemahan  dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.



2 komentar: