Laman

Senin, 06 Mei 2013


Pengertian E-learning


1.        Pengertian, Faktor, dan Prinsip dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh seperti yang sering kita dengar merupakan  pembelajaran yang mengutamakan kemandirian. Guru dapat menyampaikan materi ajar kepada peserta didik tanpa harus bertatap muka langsung di dalam suatu ruangan yang sama. Pembelajaran semacam ini dapat dilakukan dalam waktu yang sama maupun dalam waktu yang berbeda.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat dari Hamzah B.Uno dalam bukunya yang berjudul Model Pembelajaran yang menyatakan bahwa pembelajaran jarak jauh adalah sekumpulan metode pengajaran di mana aktivitas pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisah kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak fisik maupun nonfisik (2007:34). Jarak fisik dalam artian lokasi, dan jarak nonfisik yakni kondisi. Melalui PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) pula  dimungkinkan antara pengajar dan pembelajar berbeda tempat bahkan bisa dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_Jarak_Jauh).
Selain itu pula, dalam pembelajaran jarak jauh dikenal pula istilah E-Learning. E-learning merupakan metode penyampaian yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh. E-learning dapat dipahami sebagai metode penyampaian dengan komputer dan memanfaatkan teknologi internet serta pemrograman yang memungkinkan para peserta didik untuk berinteraksi dengan bahan-bahan pelajaran melalui chat room (ruang komunikasi) misalnya. (sumber: http://www.ica-sae.org/trainer/indonesian/p11.htm)
Pada pelaksanaannya ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan, agar sistem pendidikan (pembelajaran) jarak jauh dapat berjalan dengan baik, yakni perhatian, percaya diri pendidik, pengalaman, mudah menggunakan peralatan, kreatif menggunakan alat, dan menjalin interaksi dengan peserta didik.
Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa pembelajaran jarak jauh memungkinkan para peserta mengambil kelas kapanpun dan dimanapun. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyesuaikan pendidikan dan pelatihannya dengan tanggung jawab dan komitmen-komitmen lainnya, seperti keluarga dan pekerjaan. Ini juga memberi kesempatan kepada para peserta didik yang mungkin tidak dapat  belajar karena keterbatasan waktu, jarak atau dana untuk ikut serta. Walaupun demikian untuk menerapkan pembelajaran jarak jauh tersebut kita juga harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pembelajaran jarak jauh, yaitu sebagai berikut :
1.      Tujuan yang jelas. Perumusan tujuan harus jelas, spesifik, teramati, dan terukur untuk mengubah perilaku peserta didik.
2.      Relevan dengan kebutuhan. Program belajar jarak jauh harus relevan dengan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dunia kerja, atau lembaga pendidikan.
3.      Mutu pendidikan. Pengembangan program belajar jarak jauh upaya meningkatkan mutu pendidikan yaitu proses pembelajaran yang ditandai dengan pembelajaran lebih aktif atau mutu lulusan yang lebih produktif.
4.      Efisiensi dan efektivitas program. Efisiensi mencakup penghematan dalam penggunaan biaya, tenaga, sumber dan waktu, sedapat mungkin menggunakan hal-hal yang tersedia.
5.      Efektivitas. Memperhatikan hasil-hasil yang dicapai oleh lulusan, dampaknya terhadap program dan terhadap masyarakat.
6.      Pemerataan. Hal ini berkaitan dengan pemerataan dan perluasan kesempatan belajar, khususnya bagi yang tidak sempat mengikuti pendidikan formal karena lokasinya jauh atau sibuk bekerja.
7.      Kemandirian. Kemandirian baik dalam pengelolaan, pembiayaan, maupun dalam kegiatan belajar.
8.      Keterpaduan. Keterpaduan, yang dimaksud adalah keterpaduan berbagai aspek seperti keterpaduan mata pelajaran secara multi disipliner.
9.      Kesinambungan. Penyelenggaraan belajar jarak jauh tidak insidental dan sementara, tetapi dikembangkan secara berlanjut dan terus menerus. (Sumber: http://blog.tp.ac.id/penerapan-pembelajaran-jarak-jauh-dalam-pembelajaran)









2.        Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Jarak Jauh (E-Learning)
Jika Kita lihat prinsip-prinsip di atas, penggunaan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dapat sangat efektif, khususnya bagi para peserta yang lebih dewasa dan memiliki motivasi kuat untuk mengejar sukses dan senang diberi kepercayaan melakukan proses belajar secara mandiri. Tetapi, kesuksesan Pembelajaran Jarak Jauh yang meninggalkan ketaatan pada jadwal seperti pada proses pembelajaran tatap muka, bukanlah merupakan suatu pilihan yang mudah baik bagi instruktur maupun peserta didik. Maka dari itu PJJ memiliki keterbatasan sekaligus kelebihan. Berikut kelebihan pembelajaran jarak jauh (Rusman. 2011:351) :
Kelebihan :
1.      Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, waktu.
2.      Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan.
3.      Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara mudah.
4.      Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
5.      Peserta didik dapat benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar-mengajar karena ia senantiasa mengacu kepada pembelajaran mandiri untuk pengembangan diri pribadi. (Oemar Hamalik, 1994:52)
Kekurangan :
6.      Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antarsesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran.
7.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
8.      Masalah ketepatan dan kecepatan pengiriman modul dari puast pengelolaan pembelajaran jarak jauh kepada para peserta di daerah sering tidak tepat waktu, dank arenanya dapat menghambat kegiatan pembelajaran. (Oemar Hamalik, 1994:53)
9.      Peserta didik yang  tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
10.  Dukungan administratif untuk proses pembelajaran jarak jauh dibutuhkan untuk melayani jumlah peserta didik yang mungkin sangat banyak.
                                                                                                          
3.      Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut (Hamzah B.Uno.2007:39):
a.       Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, di mana mahasiswa dapat menambah kemampuan, membaca materi kulia, mencari informasi,dan sebagainya.
b.      Interaksi dalam grup; para siswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan guru. Guru dapat hadir dalam grup ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya.
c.       Sistem administrasi mahasiswa; di mana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status mahasiswa dll.
d.      Pendalaman materi dan ujian
e.       Perpustakaan digital; bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk data base.
f.       Materi online diluar materi kuliah; untuk menunjang perkuliahan, diperlukan bahan bacaan dari web lain.

Tipe E-Learning
Jika pada kesempatan sebelumnya MuhaiminAbd telah membahas mengenai standar e-learning dankelemahan pembelajaran e-learning. Pada kesempatan kali ini, pembahasan akan terfokus kepada tipe atau jenis-jenis dari e-learning. Berdasarkan penggunaannya, e-learning dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe, yaitu, synchronous dan asynchronous. Berikut ini adalah penjelasan dari  kedua tipe e-learning tersebut. 

·         Synchronous Learning
Synchronous  berarti "waktu yang sama". Pembelajaran ini adalah tipe dimana pembelajaran eletronik dilakukan atau dilaksanakan pada saat yang sama dimana pengajar sedang mengajar, dan siswa sedang belajar. Hal tersebut memungkinkan terjadinya direct interraction atau interaksi langsung antara guru dan siswa, baik itu melalui internet, maupun melalui intranet. Penggunaan e-learning tipe ini biasanya digunakan pada konferensi yang pesertanya berasal dari beberapa daerah. Aktivitas tersebut dikenal juga dengan istilah 'web conference' atau 'webinar'. Selain digunakan pada aktivitas tersebut, synchronous learning juga sering digunakan pada kelas online.

Synchronous learning mengharuskan guru dan siswa untuk mengakses sistem e-learning secara bersamaan. Singkatnya, e-learning tipe ini hampir sama dengan pembelajaran langsung di ruang kelas. Namun kelasnya bersifat virtual dan menggunakan media atau teknologi (komputer) yang terkoneksi internet atau intranet. 

·         Asynchronous Learning
Asynchronous adalah lawan kata dari synchronous. Yaitu "tidak pada saat yang bersamaan". Jadi, antara guru dan murid tidak harus mengakses sistem e-learning pada saat yang bersamaan. Penggunaan tipe e-learning ini sangatlah populer di dunia e-learning. Keuntungannya, guru dan siswa bebas mengakses sistem e-learning kapanpun dan dimanapun. Siswa dapat mulai belajar, mengumpulkan tugas, berdiskusi, dan menyelesaikan administrasi kelas/kuliah setiap saat. Meskipun tidak pada saat yang bersamaan dengan pembuatan atau penulisan materi dan tugas yang dilakukan oleh guru.
Strategi Pengembangan E-Learning
Ketika kita berbicara tentang strategi pengembangan e-Learning, maka hakekatnya adalah sama saja dengan strategi pengembangan perangkat lunak. Hal ini karena e-Learning adalah juga merupakan suatu perangkat lunak. Dalam ilmu rekayasa perangkat lunak (software engineering), ada beberapa tahapan yang harus kita lalui pada saat mengembangkan sebuah perangkat lunak, yaitu Requirement Analysis and Specification, Design, Coding, and Maintenance.
Masalah analisa kebutuhan pada makalah ini ditonjolkan karena ini hal terpenting yang sering  dilupakan oleh pengembang aplikasi e-Learning. Pengembang terobsesi untuk membuat aplikasi e-Learning terlengkap dan terbaik, padahal itu belum tentu sesuai dengan kebutuhan sebenarnya dari pengguna.
Dari berbagai literatur yang ada, kegagalan e-Learning sebagian besar diakibatkan oleh kegagalan dalam analisa kebutuhan yang mengandung pengertian bahwa pengembang tidak  berhasil meng-capture apa sebenarnya kebutuhan dari pengguna (user needs).
Hasil dari proses analisa kebutuhan (requirements analysis) pengguna diterjemahkan sebagai  fitur-fitur yang sebaiknya masuk dalam sistem e-Learning yang kita kembangkan.
Contoh pengembangan sistem berdasarkan kepada kebutuhan pengguna yang sebenarnya (user needs) :
1. Informasi tentang unit-unit terkait dalam proses belajar mengajar
• Tujuan dan sasaran
• Silabus
• Metode pengajaran
• Jadwal kuliah
• Tugas
• Jadwal Ujian
• Daftar referensi atau bahan bacaan
• Profil dan kontak pengajar
2. Kemudahan akses ke sumber referensi
• Diktat dan catatan kuliah
• Bahan presentasi
• Contoh ujian yang lalu
• FAQ (frequently asked questions)
• Sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas
• Situs-situs bermanfaaat
• Artikel-artikel dalam jurnal online 
3. Komunikasi dalam kelas
• Forum diskusi online
• Mailing list diskusi
• Papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah, informasi tugas dan deadline-nya)
4. Sarana untuk melakukan kerja kelompok
• Sarana untuk sharing file dan direktori dalam kelompok
• Sarana diskusi untuk mengerjakan tugas daam kelompok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar