KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Nama : Evi Yuliana
NIM : 121 024
016
Kelas : TP 2012 B
Mata Kuliah : Teori Belajar
Teori Belajar Skinner
Skinner
memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaan bahwa prinsip-prinsip yang
terkandung dalam kondisionning klasik hanya sebagian kecil dari prilaku yang
bisa dipelajari. Banyak prilaku manusia adalah operan, bukan responden.
Konsioning klasik hanya menjelaskan bagaimana prilaku yang ada dipasangkan
dengan rangsangan yang baru, yang mana dalam teoritersebut tidak menjelaskan
bagaimana prilaku operan baru tersebut dapat dicapai.
Dalam teori
belajarnya Skinner mendefinissikan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan
prilaku. Perubahan-perubahan prilaku yang telah dicapai dari hasil belajar
tersebut melalui beberapa penguatan-penguatan prilaku yang baru, yang disebut
dengan kondisioning operan (operan conditioning).
Secara
konseptual Skinner menyatakan bahwa prilaku dapat dianalogikan dengan sebuah
sandwich, yang dapat membawa dua pengaruh lingkungan terhadap prilaku. Yang
pertama, disebut dengan anteseden (peristiwa yang mendahului prilaku),
dan yang kedua adalah konsekuen (peristiwa yang mengikuti prilaku) yang
mana hubungan tersebut dapat ditunjukkan dengan rangkaian antecedents-behavior-consequences
atau A-B-C.
Dalam
eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah
peti, yang mana peti tersebut berisi dua komponen yaitui manipulandum dan
alat pemberi reinforcement yang berupa wadah makanan. Adapun
manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan
dengan reinforcement, yang terdiri atas tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
Dalam
eksperimen ini mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari
kesana kemari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding,
dan sebagainya. Tingkah laku tikus dapat disebut dengan “emmited behavior”
(tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme
tanpa memperdulikan stimulus. Adapun tingkah laku tikus (cakaran kaki, sentuhan
moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan
munculnya butir-butir makanan ke dalam wadah.
Teori belajar
Skinner ini tunduk pada dua hokum operan yang berbeda, yaitu:
1.
Law Operant Conditioning yaitu jika suatu tingkah laku diiringgi dengan
sebuah penguat maka tingkah laku tersebut akan meningkat.
2.
Law Extinction yaitu jika suatu tingkah laku diperkuat dsengan stimulus
penguat dalam kondisioning, tidak diiringgi stimulus penguat, maka tingkah laku
tersebut akan menurun bahkan musnah.
B.
Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Skinner
Hasil
eksperimen yang dilakukan Skinner menghasilkan beberapa prinsip-prinsip belajar
yang menghasilkan perubahan prilaku yaitu:
- Reinforcement
Yaitu sebuah
konsekuen yang menguatkan tingkah laku (frekuensi tingkah laku). Seperti dalam
contoh, permen pada umumnya dsapat menjadi reinforcer bagi prilaku anak kecil,
tetapi ketika beranjak dewasa permen bukan lagi suatu yang menyenangkan, bahkan
ada anak kecil yang tidak menyukai permen. Dalam strategi belajar mengajar
kadang-kadang seorang guru telah melakukan reinforcer terhadap siswanya dengan
memberi hadiah untuk prilaku seorang murid agar duduk tenang selama pelajaran
berlangsung, tetapi seorang murid tidak mengerjakan tugasnya. Dalam hal ini,
guru telah melakukan kesalahan dalam menggunakan reinforcer sehingga hadiah
yang diberikan guru kepada siswa tidak dapat menguatkan prilaku siswa yang
diharapkan.
Dengan
demikian agar reinforcement yang diberikan kepada seorang siswa sesuai dengan
tujuan maka perlu diperhatikan jenis-jenis reinforcement yang disukai siswa.
Secara umum
reinforcement dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.
Dari segi jenisnya
Reinforcemen
dibagimenjadi dua kategori, yaitui:
1)
Reinforcemen primer yaitu reinforcemen yang berupa kebutuhan dasar
manusia seperti; makanan, air, keamanan, dan kehangatan.
2)
Reinforcemen sekunder yaitu reinforcemen yang diasosiasikan dengan
reinforcemen primer, seperti; uang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak
kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli kue
kesikaannya.
b.
Dari segi bentuknya
Dalam hal ini
reinforcemen dibagi menjadi dua, yaitu:
1)
Reiforcemen positif adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan
atau meningkatkan prilaku seperti hadiah, pujian, dan kelulusan.
2)
Reinforcemen negative adalah menarik diri dari situasi yang tidak
menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku misalnya, guru yang membebaskan
muridnya dari tugas membersihkan kamar mandi jika muridnya dapat menyelesaikan
tugas rumahnya.
c.
Waktu pemberian reinforcemen
Keefektifan
reinforcemen dalam prilaku tergantung pada berbagai factor diantaranya frekuensi
atau jadwal pemberian reinforcemen. Ada empat macam pemberian jadwal
reinforcemen, yaitu:
1)
Fixed Rtio (FR) adalah salah satu skedul pemberian reinforcemen ketika
reinforcemen diberikan setelah sejumlah tingkah laku. Misalnya, seorang guru mengatakan
“kalau kalian dapat menyelesaikan sepuluh soal matematika dengan cepat dan
benar, maka kalian boleh pulang dahulu”.
2)
Variabel-Ratio (VR) adalah sejumlah prilaku yang dibutuhkan untuk
berbgai macam reinforcemen, dari reinforcemen satu ke reinforcemen yang lain.
3)
Fixed Interval (FI), yang diberikan ketika seorang menunjukkan prilaku
yang diinginkan pada waktu tertentu.
4)
Variabel Interval (VI) yaitu reinforcemen yang diberikan tergantung pada
waktu dan sebuah respons. Tetapi antara waktu dan reinforcemen bermacam-macam.
- Punishment
Punishmen
adalah menghadirkan atau memberikan sebuah situasi yang tidak menyenangkan atau
situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku.
Menurut Kazdin
ada dua aspek dalam punishment yaitu:
a.
Sesuatu yang tidak menyenangkan (aversive) muncul setelah sebuah respon
(aversive stimulus). Misalnya, seorang guru yang menjemur siswa yang selalu
ramai di dalam kelas.
b.
Sesuatu yang positif (menyenangkan) setelah respon tidak muncul. Misal, seorang
remaja yang selalu mengganggu temannya mungkin akan kehilangan kesempatan untuk
menggunakan mobil pada akhir pejkan.
Dari segi
bentuknya, punishment terdiri dari time out dan respons cost.
a.
Time out adalah sebuah bentuk hukuman di mana seseorang akan kehilangan
sesuatu yang disukai atau disenangi pada waktu tertentu.
b.
Respons cost adalah sebuah bentuk hukuman di mana seseorang akan kehilangan
reinforcemen positif jika melakukan prilaku yang tidak diinginkan. Misal,
seorang siswa tidak diberi kesempatan mengakses internet di ruang computer
sekolah jika ia tidak menjawab tugas yang diberikan.
- Shaping
Shaping adalah
menggunakan langkah-langkah kecil yang disertai dengan feedback untuk membantu
siswa mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Adapun
langkah-langkah dalam pemberian shaping adalah:
a.
Memilih tujuan yang ingin dicapai
b.
Mengetahui kesiapan belajar siswa
c.
Mengembangkan sejumlah langkah yang akan memberikan bimbingan kepada siswa
untuk melalui tahap demi tahap tujuannya dengan menyesuaikan kemampuan siswa.
d.
Memberi feedback terhadap hasil belajar siswa.
- Extinction
Adalah
mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik reinforcemen yang
menyebabkan prilaku tersebut terjadi. Extinction ini terjadi melalui proses
berlahan-lahan yang biasanya ketika reinforcemen ditarik atau dihentikan
perilaku individu sering meningkat seketika. Misalnya seseorang yang akan
membuka pintu, ternyata pintu terkunci. Maka orang tersebut akan membuka pintu
pelan-pelan sampai akhirnya orang tersebut berusaha membuka dan menggedor pintu
dengan keras untuk beberapa kali sampai merasa frustasi dean marah. Tetapi
ketika seseorang tersebut sadar bahwa pintu tersebut terkunci, maka orang
tersebut akan meninggalkannya.
Jadi extinction
merupakan kunci untuk mengatur tingkah laku siswa.
- Anteseden dan
perubahan prilaku
Dalam operant
conditioning, anteseden dapat memberikan petunjuk apakah sebuah prilaku akan
mendapatkan konsekuensi yang positif atau negative. Skinner membuat eksperimen
dengan burung. Dalam eksperimennya tersebut dijelaskan ketika lampu menyala
maka burung akan mematukkan paruhnya untuk mengambil makanan. Sebaliknya,
ketika lampu mati burung tersebut tidak mematukkan paruhnya. Dengan kata lain,
dalam eksperimen tersebutv burungtelah belajar menggunakan anteseden cahaya
sebagai sebuah tanda untuk membedakan kemungkinan konsekuen yang akan dia
dapatkan ketikan dia mematuk.
Menurut
Skinner, untuk menghasilkan perubahan prilaku pada diri individu selain
memperhatikan konsekuen juga digunakan anteseden-anteseden. Karena, sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya, perilaku manusia seperti sebuah sandwich atau
serangkaian antecedents-behavior-consequens (A-B-C). ada dua cara untuk
mengontrol anteseden agar menghasilkan perilaku baru atau perubahan perilaku,
yaitu dengan cueing dan prompting.
a.
Cueing
adalah
tindakan memberikan stimulus anteseden sebelum sebuah perilaku tertentu
dilakukan. Cues (tanda-tanca) dapat dalam berbagai bentukyang memberi petunjuk
kepada kita kapan kita harus mengubah tingkah laku dan kapan tidak melakukan
apapun. Misalnya, selama pelajaran matematika biasanya seorang guru memberikan
penguatan kepada siswa yang mengerjakan tugas matematika dan memberikan hukuman
pada siswa yang tidak mengerjakan sama sekali. Akan tetapi, pada saat guru
menggumumkan bahwa waktu pelajaran matematika sudah habis maka setiap siswa
akan mendapatkan konsequen dari perilaku tersebut.
b.
Prompting
Terkadang
siswa membutuhkan bantuan agar dapat merespon cues dengan cara yang benar,
sehingga menjadi sebuah stimulus pembeda (a discriminative stimulus). Cara yang
dapat digunakan adalah dengan memberikan petunjuk tambahan yang disebut dengan
prompting. Ada dua prinsipdalam menggunakan prompting, yaitu:
1)
Yakinkan bahwa stimulus lingkungan yang akan dijadikan petunjuk terjadi segera
sebelum prompting digunakan.
2)
Hentikan prompting secepat mungkin agar siswa tidak terganggu.
Kajian Teori
Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner
Kondisian
operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Inti dari
teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan).
Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E.
Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
a. Belajar itu
adalah tingkah laku.
b. Perubahan
tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan
dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c. Hubungan
yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau
sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut
fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara
seksama.
d. Data dari
studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang
dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Menurut
Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya
penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan dan
Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang
meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya,
hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas
terjadinya suatu perilaku.
Menurut
Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu
:
a. Penguatan
positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk
penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku
(senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan
jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
b. Penguatan
negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak
menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak
senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu
cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif
adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh.
Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah
mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak
rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu
prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Contoh dari
konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).
A.Penguatan
positif
|
Perilaku
Murid
mengajukan pertanyaan yang bagus
|
Konsekuensi
Guru menguji
murid
|
Prilaku
kedepan
Murid
mengajukan lebih banyak pertanyaan
|
B.Penguatan
negatif
|
Perilaku
Murid
menyerahkan PR tepat waktu
|
Konsekuensi
Guru
berhenti menegur murid
|
Prilaku
kedepan
Murid makin
sering menyerahkan PR tepat waktu
|
C.Hukuman
|
Perilaku
Murid
menyela guru
|
Konsekuensi
Guru
mengajar murid langsung
|
Prilaku
kedepan
Murid
berhenti menyela guru
|
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua
bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya
berkurang.
|
Skinner menghasilkan
suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku
baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh
makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan
ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan
praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”.
Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam
mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur
yang mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan
Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama.
Skinner
menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh menempatkan
pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan
penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan
perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku.
Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional
dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang
dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami,
penguat positif dan negative, dan penguat umum.
Dengan
demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
a. Hasil
belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika
benar diberi penguat.
b. Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c. Materi
pelajaran, digunakan sistem modul.
d. Dalam
proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
e. Dalam
proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
f. Tingkah
laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforce
g. Dalam
pembelajaran, digunakan shaping.
Disamping itu
pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
- Law of operant
conditining yaitu jika
timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan meningkat.
- Law of operant
extinction yaitu jika
timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
3. Aplikasi
Skinner terhadap pembelajaran.
Beberapa
aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Bahan yang
dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b. Hasil
berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
c. Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan
sistem modul.
d. Tes lebih
ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
e. Dalam
proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
f. Dalam
proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
g. Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
h. Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
i. Hadiah
diberikan kadang-kadang (jika perlu)
j. Tingkah
laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai
tujuan.
k. Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
l.
Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
m. Dalam
belajar mengajar menggunakan teaching machine.
n.
Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas
menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga
naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat,
administrasi kompleks.
4. Analisa
Perilaku terapan dalam pendidikan
Analisis
Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk
mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting
dalam bidang pendidikan yaitu
1.
Meningkatkan perilaku yang diharapkan
Ada lima
strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak
yang diharapkan yaitu:
a. Memilih
Penguatan yang efektif
Tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan
menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak,
yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari
penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang
memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah
diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan
alamiah seperti pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi,
seperti permen, mainan dan uang.
b. Menjadikan
penguat kontingen dan tepat waktu
Agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah
murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali
menganjurkan agar guru membuat pernyataan “jika…maka”. penguatan akan lebih
efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid
menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan
kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku
sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak
memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan
membuat hubungan kontingensi.
c. Memilih
jadwal penguatan terbaik
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat.
Empat jadwal penguatan utama adalah
1). Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah
respon.
2). Jadwal
rasio variabel : suatu perilaku
diperkuat setelah terjadi
sejumlah respon,
akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat
diperidiksi.
3). Jadwal
interval - tetap : respons tepat pertama
setelah beberapa
waktu akan
diperkuat.
4). Jadwal
interval - variabel : suatu respons diperkuat setelah
sejumlah
variabel waktu berlalu.
d. Menggunakan
Perjanjian. Perjanjian (contracting)
adalah
menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak
tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang
mereka sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas
harus berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan
“jika… maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi
tanggal.
e. Menggunakan
penguatan negatif secara efektif
Dalam
penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut
menghilangkan stimulus yang dihindari.seorang guru mengatakan”Pepeng, kamu
harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut
pembelajaran” ini berarti seorang guru menggunakan penguatan negatif.
2. Menggunakan
dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
Prompt (dorongan) adalah stimulus
tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan
kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan)
adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.
3. Mengurangi
perilaku yang tidak diharapkan.
Ketika guru
ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu
diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis
perilaku terapan adalah
a. Menggunakan
Penguatan Diferensial.
b.
Menghentikan penguatan (pelenyapan)
c.
Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
d. Memberikan
stimuli yang tidak disukai (hukuman)
5. Kelebihan
dan kekurangan Menurut B.F. Skinner
a. Kelebihan
Pada teori
ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini
ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan
adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan.
b. Kekurangan
Beberapa
kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G.
1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa
lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii)
keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran
peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan
dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah
kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan
belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan
menjadi semakin berat.
Beberapa
Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai
salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik
adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak
perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan.
Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan,
cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.